Sebagian besar anak-anak memiliki daya imajinasi yang sangat tinggi. Hal ini terlihat ketika mereka bermain pretend play atau sedang menyusun balok-balok hingga menyerupai istana untuk menempatkan mainannya. Imajinasinya juga dapat terlihat melalui coretan gambar atau lukisan di buku gambarnya.
Namun bagaimana bila imajinasinya berkembang hingga membuatnya bercerita bahwa ia punya teman khayalan?
Teman Khayalan Bukanlah Mistis
Di Indonesia ketika anak bercerita tentang teman khayalan maka sebagian besar orang akan mengaitkannya dengan hal mistis. Padahal teman khayalan bukan hanya dialami oleh anak-anak di Indonesia saja.
Di belahan dunia lain, adalah hal yang umum bila anak memiliki teman khayalannya.
Teman khayalan terkadang bisa berupa anak-anak lain, makhluk mitos, binatang, mainan yang menjadi hidup atau bentuk teman imajiner lainnya. Dalam kebanyakan khasus, orang tua tidak perlu khawatir tentang anak yang memiliki teman khayalan, selama anak tidak menceritakan hal-hal yang berbahaya.
Ketika anak-anak mencapai usia tahun kedua dan ketiga, kehidupan imajinasi mereka akan berkembang pesat. Mereka jadi sering bermain pura-pura, entah berperan sebagai polisi, dokter atau tokoh superhero kesukaannya. Mereka juga bisa menirukan kebiasaan Anda misalnya ketika memasak, memasang ban serep, dan lain sebagainya.
Menurut WebMD, studi menunjukkan bahwa sekitar 65% anak-anak memiliki teman khayalan sebelum mereka berusia tujuh tahun. Tidak ada yang tahu sampai kapan teman khayalannya ini akan ada dan menjadi bagian dari ceritanya. Beberapa anak memiliki teman khayalan hanya selama beberapa bulan saja, namun beberapa anak lain memiliki teman khayalan hingga beberapa tahun.
Mengapa Anak-Anak Memiliki Teman Khayalan?
Sekilas orang mungkin akan berpikir, anak-anak yang memiliki teman khayalan adalah anak yang kesepian atau memiliki masalah sosial. Namun menurut Psychology Today, anak-anak yang memiliki teman khayalan cenderung bukan anak yang pemalu, sebaliknya mereka adalah anak-anak yang ceria, banyak tertawa dan terlihat mudah menjalin hubungan sosial dengan anak seusianya.
Penelitian menemukan bahwa anak sulung, anak tunggal dan anak yang tidak banyak menonton televisi cenderung memiliki teman khayalan.
Pada tingkat tertentu, teman khayalan dapat memberikan aneka manfaat di antaranya seperti memberi dukungan psikologis dan membantu anak-anak mengatasi rasa takutnya, mengeksplorasi ide, mendapatkan kompetensi melalui belajar dari teman khayalan.
Bagaimana Sebaiknya Sikap Orang Tua Bila Anak Memiliki Teman Khayalan?
Setiap anak berbeda dan akan tumbuh dengan berbagai pengalaman kehidupan yang tidak sama. Sebagian anak mungkin mengaku memiliki teman khayalan hingga usia 12 tahun, kemudian mereka akan terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri, hingga teman khayalannya akan terlupakan.
Lantas bagaimana seharusnya menyikapi anak yang gemar bercerita tentang teman khayalan?
Jika anak bercerita tentang teman khayalan, jangan menghindar dan mengatakan bahwa hal itu tidak baik, karena justru dengan ini Anda bisa mengorek informasi sebanyak mungkin tentang anak Anda dan menjadi lebih dekat dengannya. Selama anak tidak menggunakan teman khayalan terus menerus untuk bertanggung jawab atas kekacauan yang ada, atau selama hal yang dilakukannya bukanlah hal berbahaya biarkan anak memiliki teman khayalan.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono